Kamis, 20 Oktober 2016

Senin, 17 Oktober 2016

Sejarah berdirinya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Kali ini saya akan memerikan posting mengenai Sejarah UIN Sunan Kalijaga, yang merupakan Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) pertama di Indonesia.
sumber gambar: disini

Berikut ini sekilas Sejarah Singkat Berdirinya UIN Sunan Kalijaa

Prakemerdekaan

Keinginan untuk mendirikan lembaga pendidikan tinggi Islam yang sudah dirintis sejak zaman penjajahan. Dr. Satiman Wirjosandjojo di Pedoman Masyarakat Nomor 15 Tahun W (1938) pernah melontarkan gagasan pentingnya sebuah lembaga pendidikan tinggi Islam dalam upaya mengangkat harga diri kaum muslimin di tanah Hindia Belanda.

Masa revolusi kemerdekaan

Gagasan Dr. Satiman Wirjosandjojo tersebut terwujud pada tanggal 8 Juli 1945 ketika Sekolah Tinggi Islam (STI) berdiri di Jakarta di bawah pimpinan Prof. Abdul Kahar Muzakkir, sebagai realisasi kerja yayasan Badan Pengurus Sekolah Tinggi Islam yang dipimpin oleh Drs. Mohammad Hatta sebagai ketua dan M. Natsir sebagai sekretaris. Pada masa revolusi, STI ikut Pemerintah Pusat RI hijrah ke Yogyakarta. Pada tanggal 10 April 1946, STI dapat dibuka kembali di kota Yogyakarta.
Pada bulan Nopember 1947 dibentuk panitia perbaikan STI, yang dalam sidangnya sepakat mendirikan Universitas Islam Indonesia (UII) pada tanggal 10 Maret 1948 dengan empat fakultas: Agama, Hukum, Ekonomi, dan Pendidikan. Tanggal 20 Februari 1951, Perguruan Tinggi Islam Indonesia (PTII) yang berdiri di Surakarta pada 22 Januari 1950 bergabung dengan UII yang berkedudukan di Yogyakarta.

Pasca revolusi kemerdekaan

Sebagai wujud penghargaan Pemerintah bagi Yogyakarta sebagai kota revolusi, kepada golongan nasionalis diberikan Universitas Gadjah Mada (UGM) yang diatur berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 37 tahun 1950. Sementara itu, kepada golongan Islam diberikan Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN), yang diambil dari Fakultas Agama UII, berdasarkan Peraturan Pemerintah No.34 Tahun 1950. Pada tanggal 26 September 1951, PTAIN diresmikan dengan memiliki tiga jurusan, yaitu : Jurusan Dakwah (kelak menjadi Fakultas Ushuludin), Qodlo (menjadi Fakultas Syari'ah), dan Pendidikan (menjadi Fakultas Tarbiyah).
Sementara itu, di Jakarta, pada tanggal 14 Agustus 1957, berdiri pula Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA) berdasarkan Penetapan Menteri Agama No. 1 Tahun 1957.

Menjadi IAIN

Dalam rangka menjadikan PTAIN Yogyakarta dan ADIA Jakarta lebih memenuhi kebutuhan umat Islam akan pendidikan tinggi Agama Islam, maka dikeluarkanlah Peraturan Presiden Nomor 11 Tahun 1960 tentang Pembentukan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Al-Jami'ah Al-Islamiyah Al-Hukumiyah yang berkedudukan di Yogyakarta. Dengan PTAIN sebagai induk dan ADIA Jakarta sebagai fakultas dari Institut tersebut. IAIN ini diresmikan pada tanggal 24 Agustus 1960 di Yogyakarta oleh Menteri Agama pada saat itu yaitu K.H.M. Wahib Wahab dengan Prof. Mr. Sunarjo sebagai rektornya. IAIN Al-Jami'ah Al-Islamiyah Al-Hukumiyah inilah IAIN pertama di Indonesia.
Perkembangan IAIN yang pesat menyebabkan dikeluarkannya Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 1963 yang memungkinkan didirikannya suatu IAIN yang terpisah dari pusat (Yogyakarta). Tentunya IAIN baru tersebut adalah IAIN Jakarta.
Berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 26 Tahun 1965, maka terhitung sejak 1 Juli 1965, IAIN di Yogyakarta diberi nama Sunan Kalijaga, nama seorang tokoh terkenal penyebar Islam di Indonesia.
Tanggal berdiri IAIN Sunan Kalijaga diambil dari diresmikannya PTAIN yaitu 26 September 1951. Penetapan ini dikuatkan dengan Keputusan Menteri Agama No. 39 Tahun 1993.

Universitas Islam negeri

Secara kelembagaan, kini IAIN Sunan Kalijaga telah melakukan transformasi menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional dan Menteri Agama Nomor 01/0/SKB/2004 dan Nomor ND/B.V/I/Hk.001/058/04 Tanggal 23 Januari 2004, yang diperkuat lagi dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2004 Tanggal 21 Juni 2004. Transformasi tersebut mendorong UIN Sunan Kalijaga melakukan pembenahan dan pengembangan di berbagai bidang, termasuk bidang manajemen dan akademik. Kerja sama dengan berbagai pihak baik dengan pihak di luar negeri maupun di luar negeri juga sedang dibangun.

sumber: disini

Minggu, 16 Oktober 2016

ALLAH MAHA ESA

Kali ini saya akan memberikan posting artikel mengenai bukti keesaan Allah SWT melaluli kebesaran-Nya dalam menghancurkan manusia yang mengaku Tuhan.
sumber gambar: disini
 Gambar diatas adalah manusia yang paling sombong yang pernah hidup di zaman Nabi Musa. Ia adalah Fir’aun laknatullah. Dia manusia yang menganggap dirinya sendiri adalah Tuhan.. Masya ALLAH!
Sewaktu ia masih hidup ia meneror rakyat dengan menyuruh rakyatnya untuk membunuh semua bayi laki-laki. Karena dia bermimpi akan ada anak laki-laki yang membunuhnya. dan ternyata anak laki-laki itu adalah Nabi Musa a.s yaitu anak angkat , lalu sewaktu ia mengejar Nabi Musa a.s (yang sudah dewasa) dan kaumnya yaitu kaum Bani Israel. Sampai akhirnya terdesak di Laut Merah, lalu ALLAH SWT menyuruh Nabi Musa untuk membelah laut itu. Terbelahlah lautan itu lalu Nabi Musa a.s dan kaumnya menyeberangi laut tersebut. Sewaktu Nabi Musa a.s dan kaumnya berada disudut yang berlawanan dengan Fir’aun dan bala tentaranya, Fir’aun dan bala tentaranya langsung ditenggelamkan oleh ALLAH. Dan sewaktu menjelang ajalnya Fir’aun pun berkata “sesungguhnya aku menyadari ke-besaran tuhanmu(ALLAH) dan aku pun sadar bahwa tiada yang paling berkuasa atas bumi dan langit yang aku pijak selain ALLAH. Namun hal itu pun percuma dimata ALLAH karena ia mengatakan itu sewaktu ajalnya tiba.
Lalu ALLAH pun mengawetkan adan Fir’aun sebagai bukti bahwa manusia paling sombong pernah hidup, dan itupun sebagai pelajaran untuk kaum-kaum sesudahnya!