Sabtu, 17 Desember 2016

Sholawat Burdah pengarang Muhammad bin Said bin Hammad as-shan'haji al-bushiri 
          Burdah merupakan suatu qosidah yang berisi syair tentang pujian/ sholawat kepada Nabi Muhammad s.a.w. Syair tsb diciptakan oleh Imam al Busiri dari Mesir. Di Indonesia, Burdah tsb sering dilantunkan terutama oleh kaum Nahdliyin.
          Qashidah Burdah memang selalu didengungkan oleh para pecintanya setiap saat. Di berbagai negeri Islam, baik di negeri Arab maupun ‘ajam (non-Arab), ada majelis-majelis khusus untuk pembacaan Burdah dan penjelasan bait-baitnya. Tak henti-hentinya muslimin di seluruh penjuru dunia menjadikannya sebagai luapan kerinduan pada Nabi. Burdah bukan sekadar karya. Ia dibaca karena keindahan kata-katanya. Dr. De Sacy, seorang ahli bahasa Arab di Universitas Sorbonne, Prancis, memujinya sebagai karya puisi terbaik sepanjang masa.
          Di Hadhramaut dan banyak daerah Yaman lainnya diadakan pembacaan qashidah Burdah setiap subuh hari Jum’at atau ashar hari Selasa. Sedangkan para ulama Al-Azhar di kota Mesir banyak yang mengkhususkan hari Kamis untuk pembacaan Burdah dan mengadakan kajian. Sampai kini masih diadakan pembacaan Burdah di masjid-masjid besar di kota Mesir, seperti Masjid Imam Al-Husain, Masjid As-Sayyidah Zainab.
          Di negeri Syam (Syiria) majelis-majelis qashidah Burdah juga digelar di rumah-rumah dan di masjid-masjid, dan dihadiri para ulama besar. Di Maroko pun biasa diadakan majelis-majelis besar untuk pembacaan qashidah Burdah dengan lagu-lagu yang merdu dan indah yang setiap pasal dibawakan dengan lagu khusus.
          Burdah tak hanya indah kata-katanya, tapi doa-doanya juga memberi manfaat pada jiwa. Karena itu tak mengherankan jika banyak ulama memberikan catatan khusus tentang Burdah, baik dalam bentuk syarah (komentar) maupun hasyiyah (catatan kaki atau catatan pinggir). Sangat banyak karya syarah atas Burdah yang tak diketahui lagi siapa pengarangnya.
          Qashidah Burdah adalah salah satu karya paling populer dalam khazanah sastra Islam. Isinya sajak sajak pujian kepada Nabi Muhammad SAW, pesan moral, nilai-nilai spiritual, dan semangat perjuangan. Hingga kini Burdah masih sering dibacakan di berbagai pesantren salaf dan pada peringatan Maulid Nabi. Banyak pula yang menghafalnya. Karya itu telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, seperti Persia, Turki, Urdu, Punjabi, Swahili, Pastum, Indonesia/Melayu, Inggris, Prancis, Jerman, Italia. Berikut kami sajikan Hikayat lengkap pengarang Burdah serta sejarah dikarangnya Burdah :

“Biografi Pengarang”

Nama Lengkapnya :
Muhammad bin Said bin Hammad as-Shan’haji al-Bushiri.

Lahir :
Di daerah Dallas, Maroko dan dibesarkan di Bushir, Mesir, beliau murid Abdul Abbas al-Mursi – anggota Tarekat Syadziliyah. Pada awal Syawwal Tahun 610 H

Latar Belakang Keagamaan :
  • Al-Bushiri rhm dalam Tauhid; Mengikuti As’ari dan dalam fiqih ber-mazhab Syafi’.
  • Ayahnya adalah guru pertamanya dalam mempelajari Al Quran dan beliau dapat menghafal al-Qur’an di masa kanak-kanaknya.
  • Para ulama di zamannya yang menjadi guru beliau, diantaranya;
  • Atsiruddin, Muhammad bin Yusuf yang dikenal dengan panggilannya Abu Hayyan al-Gharnati rhm
  • Fathuddin, Abu al-Fath Muhammad bin Muhammad al-U’mariy al-Andalusiy al-Isbiliy rhm , dikenal dengan panggilannya Ibnu Sayyidi Nas…dll

Spesialisasi :
  • Ilmu Sejarah
Imam Bushiri rhm memberikah perhatian lebih pada sejarah Rasul saw dan segala hal yang berkenaan dengan kehidupannya saw, beliau banyak meluangkan waktu untuk membuat puji-pujian terhadapa Rasul saw.
  • Ilmu Sastra
Untuk memperdalam ilmu agama dan kesusateraan Arab ia pindah ke Kairo.
Di Mesir beliau menjadi seorang sastrawan dan penyair yang ulung. Kemahirannya di bidang sastra syair ini melebihi para penyair pada zamannya.
  • Karya-karya kaligrafinya juga terkenal indah.

Kehidupannya
Imam al-Bushiri bersifat zuhud, tekun beribadah, tidak menyukai kemewahan dan kemegahan duniawi. Di kalangan para sufi, ia termasuk dalam deretan sufi-sufi besar.
Al-Bushiri hidup pada suatu masa transisi perpindahan kekuasaan dinasti Ayyubiyah ke tangan dinasti Mamalik Bahriyah. Pergolakan politik terus berlangsung, akhlak masyarakat merosot, para pejabat pemerintahan mengejar kedudukan dan kemewahan.
Burdah ini merupakan reaksi terhadap situasi politik, sosial, dan kultural pada masa itu, agar mereka senantiasa mencontoh kehidupan Rasul saw.
Sayyid Mahmud Faidh al-Manufi rhm di dalam bukunya “Jamharat al Aulia” mengatakan: Imam al-Bushiri tetap konsisten dalam hidupnya sebagai seorang sufi sampai akhir hayatnya.

Wafatnya
Wafat di Iskandariah, tahun 695 H dalam usia 87 tahun. Makamnya terletak di Iskandaria, Mesir, sampai sekarang masih dijadikan tempat ziarah. Makam itu berdampingan dengan makam gurunya, Abu Abbas al-Mursi.

“Kitab Burdah”


Arti Al-Burdah, antara lain :
  • Baju kebesaran khalifah yang menjadi salah satu atribut khalifah.
  • Nama dari Qasidah yang dipersembahkan kepada Rasul saw yang digubah oleh Ka’ab bin Zuhair bin Abi Salma.

Sejarah Burdah
Burdah = Jubah
Pada mulanya, burdah (dalam pengertian jubah) ini adalah milik Rasul saw yang diberikan kepada Ka’ab bin Zuhair bin Abi Salma, seorang penyair terkenal Muhadramin (penyair dua zaman: Jahiliyah dan Islam).
Burdah yang telah menjadi milik keluarga Ka’ab tersebut dibeli oleh Mu’awiyah bin Abi Sufyan seharga 20.000 dirham. Kemudian jubah itu dibeli lagi. oleh Khalifah Abu Ja’far al-Manshur dari dinasti Abbasiyah dengan 40.000 dirham. Oleh khalifah, burdah itu hanya dipakai pada setiap shalat Ied dan diteruskan secara turun temurun.

  • Sebab Pemberian Burdah
Mulanya Ka’ab bin Zuhair membuat syair yang senantiasa menjelek-jelekkan Nabi dan para sahabatnya. Ketika Fathu Mekkah, Ka’ab melarikan diri dan bersembunyi karena takut dengan Rasul saw dan para sahabatnya. Bujair bin Zuhair (saudara Ka’ab) mengirim surat kepadanya, “agar Ka’ab pulang dan menghadap Rasul saw, karena Rasul saw tidak akan membunuh orang yang bertobat”.
Kemudian Ka’ab berangkat menuju Madinah. Melalui Abu Bakar ra, dia menyerahkan diri kepada Rasul saw. Ka’ab memperoleh sambutan penghormatan dari Rasul saw. Begitu besarnya rasa hormat yang diberikan kepada Ka’ab, sampai-sampai Rasul saw melepaskan burdahnya dan memberikannya kepada Ka’ab.

  • Burdah = Syair
Ka’ab kemudian menggubah Qosidah yang terkenal dengan sebutan Banat Su’ad (Putri-putri Su’ad) yang terdiri atas 59 bait. Qosidah ini disebut pula dengan Qosidah Burdah.

“Burdah Karya Al-Bushiri”

  • Sebab Dikarangnya :
Ketika al-Bushiri menderita sakit lumpuh, hingga tidak dapat bangun dari tempat tidurnya, maka dibuatnya syair-syair yang berisi pujian kepada Nabi, dengan maksud memohon syafa’afnya.
Di dalam tidurnya, ia bermimpi berjumpa dengan Rasul saw yang mengusap wajah al-Bushiri, kemudian Rasul saw melepaskan jubahnya dan mengenakannya al-Bushiri, dan saat ia bangun dari mimpinya, seketika itu juga ia sembuh dari penyakitnya.
  • Isi Burdah :
  • Mengungkapkan rasa pilu atas dukacita yang dialami penyair dan orang yang dekat dengannya, yaitu tetangganya di Dzu Salam.
Beliau mengatakan pada awal bait :
أَمٍنْ تَذَكُّرِ جِيْراَنٍ بِذِى سَلَمِ   مَزَجْتَ دَمْعًا جَرَى مِنْ مُقْلَةٍ بِدَمِ
Tidakkah kau ingat tetanggamu di Dzu Salam Yang air matanya tercucur bercampur darah? 
  • Pengendalian hawa nafsu.
Menurut beliau, nafsu itu bagaikan anak kecil, apabila diteruskan menetek, maka ia akan tetap saja suka menetek, namun jika ia disapih, ia pun akan berhenti dan tidak suka menetek lagi. :
وَ النَّفْسُ كَالطِّفْلِ اِنْ تُهْمِلْهُ شَبَّ عَلىَ  حُبِّ الرَّضاَ وَ اِنْ تَفْطِمْهُ يَنْفَطِمِ
Nafsu bagaikan anak kecil, yang bila dibiarkan menetek’ Ia akan tetap senang menetek. Dan bila disapih ia akan melepaskannya.
  • Pujian Pada Rasul saw
Beliau menggambarkan betapa Nabi diutus ke dunia untuk menjadi lampu yang menerangi dua alam : manusia dan Jin, pemimpin dua kaum : Arab dan bukan Arab, beliau bagaikan permata yang tak ternilai.
Seperti dalam bait 34-59 :
مُحَمَّدٌ سَيِّدُ الْكَوْنَيْنَ وَ الثَّقَلَيْنِ  وَالْفَرِيْقَيْنِ مِنْ عُرْبٍ وَ مِنْ عَجَمِ
Muhammad adalah pemimpin dua alam : manusia dan jin Pemimpin dua kaum : Arab dan bukan Arab. 
  • Berbicara tentang mukjizat paling besar dalam bentuk Al Quran, mukjizat yang abadi.
  • Do’a
  • Memuji dan motifasi untuk berpegang kepada Al-Qur’an.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar